Sabtu, 14 Januari 2012

Gerakan Mahasiswa dan Perubahan Bangsa


Oleh : Mohamad Ridwan Affan (FH UGM 2008)
Sejarah peradaban manusia selalu di penuhi perjuangan antar kelas, kelas tertidas dan kelas penindas” -Karl Marx-
Jika sejarah selalu dipenuhi perjuangan antar kelas sebagaimana yang dikatakan oleh karl marx diatas, maka sejatinya gerakan mahasiswa selalu mampu berperan sebagai jembatan  antara kedua kelas tersebut. Posisi strategis mahasiswa sebagai golongan midleclass dan borjuis intelektuil yang dipenuhi dengan idealisme khas kaum terpelajar yang justru membuat gerakan mahaiswa bisaberkontribusi meminimalisir konflik antaramasyarakat  kelas atas dan masyarakatkelas bawah, Mahasiswa bisa menjadi penampung dan penyambung aspirasi masyarakat kelasbawah dan menyampaikannya kepada masyarakat kelas atas yang memegang kendali pembuatan kebijakan (Baca: Pemerintah) melalui kritik atas kebijakan  dan dan melakukan pengkajiaan untuk  membuat alternatif solusi dari kebijakan yang dikritik tersebut
            Sejarah juga telah membuktikan bahwa Posisi  gerakan mahasiswa sebagai gerakan perlawanan yang berbasis intelektual dan idealisme ini senantiasa turut andil dalam setiap perubahan sosial yang terjadi di bangsa ini. Setidaknya ada beberapa periode perubahan bangsa yang mahasiswa turut menjadi bagian penting perubahan tersebut

1.    Tahun 1908
Tahun 1908 dikenal sebagai tonggak pertama munculnya oraganisasi  berbasis semangat ke indonesiaan bernama boedi oetomo, boedi oetomo didirikan oleh mahasiswa-mahasiwa STOVIA pada tanggal 20 mei 1908. . Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Boedi Oetomo dibentuk sebagai wujud sikap kritis melawan kolonialisme belanda yang sudah memperbudak dan menginjak-njak martabat bangsa, akan tetapi gerakan boedi oetomo merupakan gerakan yang terkesan sangat primordialisme jawa dan terbatas keanggotaanya hanya untuk golongan priyayi

Tahun 1928
Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.
3.    1945
Pada periode ini,mahasiswa juga tidak kalah penting dalam memainkan peran dalam kemerdekaan  indonesia dibandingkan para founding fathers. Pada era 45 gerakan mahasiswa cenderung lebih sulit untuk melakukan pergerakan, karena jepang melakukan tindakan rrepresif terhadap gerakan mahasiswa yang melakukan propaganda kemerdekaan,  kegiaatan yang berbau  politik ditutup oleh jepang, sehingga mahasiswa lebih memfokuskas gerakan dalam gerakan-gerakan diskusi dan dialektika kemerdekaan  dan menjadikan asrama-asrama mahasiswa sebagai pusat gerakan.  Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak tokoh - tokoh yang sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh - tokoh yang nantinya bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan bangsa Indonesia. Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah terjadi insiden bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa - mahasiswa yang terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok agar lebih memberikan tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan kemerdekaan.

4  Tahun 1966
Berawal dari gerakan-gerakan sporadis mahasiswa untuk menentang PKI dan ideologi komunisnya yang pada saat itu dianggap sebagai sumber permasalahan bangsa, lalu gerakan ini menjadi kolektivitas gerakan nasional  pada akhirnya mahasiswa yang bekerjasama dengan TNI AD berhasil menumbangkan Orde Lama. Namun yang sangat disayangkan pasca tumbangnya Orde lama, oleh Soeharto  gerakan mahasiwa diberi hadiah untuk masuk sebagai anggota parlemen sehingga melunturkan semangat idealisme perjuangannya.

5Tahun 1978
Pada masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Segala bentuk kegiatan politik dan organisasi yang bergerak dibidang politik tidak lagi diperbolehkan beraktivitas dikampus.

6   Tahun 1998
Tahun 1998 menjadi tongak sejarah yang sangat penting bagi gerakan mahasiswa, keberhasilan konsolidasi gerakan mahasiswa untuk meruntuhkan orde baru dan membuka gerbang reformasi menmbuktikan bahwa kekuatan gerakan mahasiswa tidak lagi bisa dipandang sebelah mata oleh penguasa,  gerakan 1998 ini juga yang selalu dijadikan kiblat dan barometer keberhasilan “pergerakan mahasiswa”

Sejarah memang telah menunjukan bahwa gerakan mahasiswa selalu menjadi pelopor perubahan bangsa, lalu yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimana peran gerakan mahasiswa sekarang? Dimana zaman dan konstelasi politik telah berubah, bebagai macam tantangan baru bagi gerakan mahasiswa pun bermunculan, sehingga tidak bisa tidak bahwa gerakan mahasiswa harus bertransformasi diri untuk membuat gerakan yang sesuai dengan jamannya.

Gerakan Mahasiswa sekarang dan Tantangan Era Baru
Pasca reformasi untuk menggulingkan orde baru di tahun 1998 gerakan mahasiswa tidak lagi menjadi gerakan heroik yang berfokus pada kritik ala parlemen jalan sekarang  bertransformasi lebih menjadi gerakan nilai, perubahan pola gerak ini tentunya menyesuaikan dengan  kondisi politik dan kondisi masyarakat itu sendiri. 
Pola-pola gerakan mahasiswa yang terfokus pada aksi turun kejalan dengan menduduki dan memblokir tempat-tempat strategis pemerintahan justru malah akan menimbulkan antipati dan sikap apatis dari masyarakat, namun bukan berarti gerakan aksi turun kejalan ditinggalkan begitu saja, dalam beberapa kasus cara turun kejalan dinilai masih efektif sebagai contoh dalam kasus upaya kriminalisasi terhadap pimpinan KPK atau yang lebih kita kenal dengan kasus “cicak vs buaya”, Kasus Century dsb, kritik terbesar ketika gerakan mahasiswa melakukan aksi adalah, apakah isu yang menjadi tema aksi telah dikaji secara mendalam dan telah ada alternatif solusi atas permasalahan tersebut? Atau justru aksi hanya sekedar eksistensi uforia masa lalu untuk menunjukan bahwa gerakan mahasiswa masih “sangar”?. mengingat gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual yang tentunya setiap tindak-tanduk gerakan harus dipertanggung jawabkan secara intelektual pula.
  Sekarang perlahan-lahan  gerakan mahasiswa mulai melakukan perubahan pola gerakan, gerakan mahasiswa tidak lagi hanya terfokus pada gerakan politik ekstra parlementer saja, tapi sudah mulai merambah kepada gerakan sosial kemasyarakatan dan gerakan enterprenuership.
Gerakan mahasiwa yang bersifat sosial kemasyarakatan muncul  dengan lebih banyaknya program-program pengabdian nyata dan terjun langsung  ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa pasca reformasi 1998, pola gerakan seperti ini muncul atas respon gerakan mahasiswa terhadap kondisi bangsa yang masih dipenuhi permasalahan-permasalahn klasik yang tidak pernah terselesaikan oleh pemerintah seperti kemiskinan, Buruknya kesehatan, tidak meratanya akses Pendidikan dan edukasi politik bersih untuk masayarakat. tutuntan reformasi seolah-olah hanya menjadi nyanyian janji pada saat muncul penguasa baru.
Pola gerakan seperti ini pernah muncul pada era 1978-an dimana NKK/BKK diberlakukan oleh pemerintah pada saat itu yang melarang mahasiswa melakukan gerakan politik apapun di kampus, BEM dan lembaga pers mahasiswa ditutup, sehingga pada saat itu mahasiswa melakukan inovasi gerakan dengan tujuaan agar gerakan mahasiswa tetap hidup dengan mengalihkan gerakan mahasiswa kepada gerakan peengabdiaan dengan turun langsung kemasyarakat. Dengan gerakan pengabdian seperti ini akan membuat gerakan mahasiswa lebih membumi dan  bisa merasakan masalah serta kebutuhan masyarakat secara langsung
Globalisasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan mahasiswa, jika dahulu mahasiwa terkesan “haram” manakala harus bersentuhan dengan dunia luar negeri karena bisa disebut antek neoliberal. Sekarang gerakan mahasiwa justru harus berperan aktif dan mengembangkan jaringan dalam tataran internasional. Ini menjadi penting karena era globalisasi nanti menuntut gerakan mahasiswa untuk mengambil peran dalam berbagai ajang internasional, sehingga mahasiswa juga bisa turut andil dalam menyelesaikan permasalahan internasional. penguatan jaringan internasional juga harus menjadi fokus gerakan mahasiswa sekarang,  dengan membuka jaringan keluar negeri akan sangat memberikan keuntungan bagi gerakan mahasiswa baik dalam hal transfer issue and solution  ataupun untuk membangun wawasan internasional antar gerakan mahasiswa. mau tidak mau gerakan mahasiwa sekarang  harus mulai berperan di tataran internasional sebagaimana ungkapan think globaly and act localy.
Secara personal pun aktifis mahasiswa punya tantanganya sendiri, Integritas moral, Intelektulitas personal yang tinggi, inovatif dan punya semangat pengabdiaan tiada habis merupakan karakter dasar yang  mutlak harus dimiliki aktifis mahasiswa jika ingin kembali menjadi aktor dalam perubahan bangsa.
Setiap zaman memang mempunyai tantanganya sendiri, sekarang adalah bagaimana kita sebagai penggiat gerakan mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, agar kita bisa senantiasa berkontribusi yang terbaik bagi negeri, bukan malah terlindas oleh zaman dan dimakan oleh bayang-bayang kegemilangan masa lalu.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar