Oleh : Mohamad Ridwan Affan (FH UGM 2008)
“Sejarah peradaban manusia
selalu di penuhi perjuangan antar kelas, kelas tertidas dan kelas penindas”
-Karl Marx-
Jika
sejarah selalu dipenuhi perjuangan antar kelas sebagaimana yang dikatakan oleh
karl marx diatas, maka sejatinya gerakan mahasiswa selalu mampu berperan
sebagai jembatan antara kedua kelas
tersebut. Posisi strategis mahasiswa sebagai golongan midleclass dan borjuis intelektuil yang dipenuhi dengan idealisme
khas kaum terpelajar yang justru membuat gerakan mahaiswa bisaberkontribusi
meminimalisir konflik antaramasyarakat
kelas atas dan masyarakatkelas bawah, Mahasiswa bisa menjadi penampung
dan penyambung aspirasi masyarakat kelasbawah dan menyampaikannya kepada
masyarakat kelas atas yang memegang kendali pembuatan kebijakan (Baca:
Pemerintah) melalui kritik atas kebijakan
dan dan melakukan pengkajiaan untuk
membuat alternatif solusi dari kebijakan yang dikritik tersebut
Sejarah juga telah membuktikan bahwa
Posisi gerakan mahasiswa sebagai gerakan
perlawanan yang berbasis intelektual dan idealisme ini senantiasa turut andil
dalam setiap perubahan sosial yang terjadi di bangsa ini. Setidaknya ada beberapa
periode perubahan bangsa yang mahasiswa turut menjadi bagian penting perubahan
tersebut
1. Tahun
1908
Tahun
1908 dikenal sebagai tonggak pertama munculnya oraganisasi berbasis semangat ke indonesiaan bernama
boedi oetomo, boedi oetomo didirikan oleh mahasiswa-mahasiwa STOVIA pada
tanggal 20 mei 1908. . Organisasi ini berdiri berawal dari kegiatan akademis
berupa diskusi rutin di perpustakaan STOVIA yang dilakukan oleh beberapa
mahasiswa Indonesia yang belajar di STOVIA antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo,
Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Boedi Oetomo dibentuk sebagai wujud sikap kritis
melawan kolonialisme belanda yang sudah memperbudak dan menginjak-njak martabat
bangsa, akan tetapi gerakan boedi oetomo merupakan gerakan yang terkesan sangat
primordialisme jawa dan terbatas keanggotaanya hanya untuk golongan priyayi
Tahun 1928
Sejarah berlanjut pada periode berikutnya di
tahun 1928. Pada awalnya, mahasiswa di Surabaya yang bernama Soetomo pada
tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische
Studie-club). Di tempat yang berbeda, oleh Soekarno dan kawan - kawannya dari
Sekoleah Tinggi Teknik (ITB) di Bandung beriniisiatif untuk mendirikan Kelompok
Studi Umum (Algemeene Studi Club) pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kedua kelompok
diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan
politik mahasiswa yang semakin tumpul pada masa itu.
Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah
organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi
yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih
menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri mahasiswa. Hal tersebut
lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres
paling bersejarah dalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres
Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian
menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah tersebut.
3. 1945
Pada periode ini,mahasiswa juga tidak kalah
penting dalam memainkan peran dalam kemerdekaan
indonesia dibandingkan para founding
fathers. Pada era 45 gerakan mahasiswa cenderung lebih sulit untuk
melakukan pergerakan, karena jepang melakukan tindakan rrepresif terhadap
gerakan mahasiswa yang melakukan propaganda kemerdekaan, kegiaatan yang berbau politik ditutup oleh jepang, sehingga
mahasiswa lebih memfokuskas gerakan dalam gerakan-gerakan diskusi dan
dialektika kemerdekaan dan menjadikan
asrama-asrama mahasiswa sebagai pusat gerakan.
Dimana terdapat 3 asrama yang terkenal dalam mencetak tokoh - tokoh yang
sangat berpengaruh dalam sejarah, yaitu asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan
Asrama Kebon Sirih. Melalui diskusi di asrama inilah kemudian lahir tokoh -
tokoh yang nantinya bakal menjadi motor penggerak penting munculnya kemerdekaan
bangsa Indonesia. Tokoh - tokoh tersebut secara radikal dan melalui pergerakan
bawah tanah melakukan desakan kepada Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan setelah melalui radio mereka mendengar bahwa telah
terjadi insiden bom atom di Jepang, dan mereka berpikir bahwa inilah saat yang
tepat untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Mahasiswa - mahasiswa yang
terdiri dari Soekarni dan Chairul Saleh inilah yang akhirnya terpaksa menculik
tokoh proklamator tersebut sampai ke Rengasdengklok agar lebih memberikan
tekanan kepada mereka untuk lebih cepat dalam memproklamasikan kemerdekaan.
4 Tahun 1966
Berawal dari gerakan-gerakan sporadis
mahasiswa untuk menentang PKI dan ideologi komunisnya yang pada saat itu dianggap
sebagai sumber permasalahan bangsa, lalu gerakan ini menjadi kolektivitas
gerakan nasional pada akhirnya mahasiswa
yang bekerjasama dengan TNI AD berhasil menumbangkan Orde Lama. Namun yang
sangat disayangkan pasca tumbangnya Orde lama, oleh Soeharto gerakan mahasiwa diberi hadiah untuk masuk
sebagai anggota parlemen sehingga melunturkan semangat idealisme perjuangannya.
5Tahun 1978
Pada
masa inilah pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya oleh
pemerintah, yaitu sejak terpilihnya Soeharto untuk yang ketiga kalinya melalui
Pemilihan Umum. Maka guna meredam sikap ktiris mahasiswa terhadap pemerintah
dan untuk mempertahankan status quo pemerintahan maka dikeluarkanlah Kebijakan
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini
mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan
menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat
membahayakan posisi rezim. Segala bentuk kegiatan politik dan organisasi yang
bergerak dibidang politik tidak lagi diperbolehkan beraktivitas dikampus.
6 Tahun 1998
Tahun 1998 menjadi tongak sejarah yang sangat penting
bagi gerakan mahasiswa, keberhasilan konsolidasi gerakan mahasiswa untuk
meruntuhkan orde baru dan membuka gerbang reformasi menmbuktikan bahwa kekuatan
gerakan mahasiswa tidak lagi bisa dipandang sebelah mata oleh penguasa, gerakan 1998 ini juga yang selalu dijadikan
kiblat dan barometer keberhasilan “pergerakan mahasiswa”
Sejarah
memang telah menunjukan bahwa gerakan mahasiswa selalu menjadi pelopor
perubahan bangsa, lalu yang menjadi pertanyaan mendasar adalah bagaimana peran
gerakan mahasiswa sekarang? Dimana zaman dan konstelasi politik telah berubah,
bebagai macam tantangan baru bagi gerakan mahasiswa pun bermunculan, sehingga
tidak bisa tidak bahwa gerakan mahasiswa harus bertransformasi diri untuk
membuat gerakan yang sesuai dengan jamannya.
Gerakan Mahasiswa sekarang
dan Tantangan Era Baru
Pasca
reformasi untuk menggulingkan orde baru di tahun 1998 gerakan mahasiswa tidak
lagi menjadi gerakan heroik yang berfokus pada kritik ala parlemen jalan
sekarang bertransformasi lebih menjadi
gerakan nilai, perubahan pola gerak ini tentunya menyesuaikan dengan kondisi politik dan kondisi masyarakat itu
sendiri.
Pola-pola
gerakan mahasiswa yang terfokus pada aksi turun kejalan dengan menduduki dan
memblokir tempat-tempat strategis pemerintahan justru malah akan menimbulkan
antipati dan sikap apatis dari masyarakat, namun bukan berarti gerakan aksi
turun kejalan ditinggalkan begitu saja, dalam beberapa kasus cara turun kejalan
dinilai masih efektif sebagai contoh dalam kasus upaya kriminalisasi terhadap
pimpinan KPK atau yang lebih kita kenal dengan kasus “cicak vs buaya”, Kasus
Century dsb, kritik terbesar ketika gerakan mahasiswa melakukan aksi adalah,
apakah isu yang menjadi tema aksi telah dikaji secara mendalam dan telah ada
alternatif solusi atas permasalahan tersebut? Atau justru aksi hanya sekedar
eksistensi uforia masa lalu untuk menunjukan bahwa gerakan mahasiswa masih
“sangar”?. mengingat gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual yang tentunya
setiap tindak-tanduk gerakan harus dipertanggung jawabkan secara intelektual
pula.
Sekarang perlahan-lahan gerakan mahasiswa mulai melakukan perubahan
pola gerakan, gerakan mahasiswa tidak lagi hanya terfokus pada gerakan politik
ekstra parlementer saja, tapi sudah mulai merambah kepada gerakan sosial
kemasyarakatan dan gerakan enterprenuership.
Gerakan
mahasiwa yang bersifat sosial kemasyarakatan muncul dengan lebih banyaknya program-program
pengabdian nyata dan terjun langsung ke
masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa
pasca reformasi 1998, pola gerakan seperti ini muncul atas respon gerakan
mahasiswa terhadap kondisi bangsa yang masih dipenuhi permasalahan-permasalahn
klasik yang tidak pernah terselesaikan oleh pemerintah seperti kemiskinan,
Buruknya kesehatan, tidak meratanya akses Pendidikan dan edukasi politik bersih
untuk masayarakat. tutuntan reformasi seolah-olah hanya menjadi nyanyian janji
pada saat muncul penguasa baru.
Pola
gerakan seperti ini pernah muncul pada era 1978-an dimana NKK/BKK diberlakukan
oleh pemerintah pada saat itu yang melarang mahasiswa melakukan gerakan politik
apapun di kampus, BEM dan lembaga pers mahasiswa ditutup, sehingga pada saat
itu mahasiswa melakukan inovasi gerakan dengan tujuaan agar gerakan mahasiswa
tetap hidup dengan mengalihkan gerakan mahasiswa kepada gerakan peengabdiaan
dengan turun langsung kemasyarakat. Dengan gerakan pengabdian seperti ini akan
membuat gerakan mahasiswa lebih membumi dan
bisa merasakan masalah serta kebutuhan masyarakat secara langsung
Globalisasi
juga menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan mahasiswa, jika dahulu mahasiwa
terkesan “haram” manakala harus bersentuhan dengan dunia luar negeri karena
bisa disebut antek neoliberal. Sekarang gerakan mahasiwa justru harus berperan
aktif dan mengembangkan jaringan dalam tataran internasional. Ini menjadi
penting karena era globalisasi nanti menuntut gerakan mahasiswa untuk mengambil
peran dalam berbagai ajang internasional, sehingga mahasiswa juga bisa turut
andil dalam menyelesaikan permasalahan internasional. penguatan jaringan
internasional juga harus menjadi fokus gerakan mahasiswa sekarang, dengan membuka jaringan keluar negeri akan
sangat memberikan keuntungan bagi gerakan mahasiswa baik dalam hal transfer issue and solution ataupun untuk membangun wawasan internasional
antar gerakan mahasiswa. mau tidak mau gerakan mahasiwa sekarang harus mulai berperan di tataran internasional
sebagaimana ungkapan think globaly and
act localy.
Secara
personal pun aktifis mahasiswa punya tantanganya sendiri, Integritas moral,
Intelektulitas personal yang tinggi, inovatif dan punya semangat pengabdiaan
tiada habis merupakan karakter dasar yang
mutlak harus dimiliki aktifis mahasiswa jika ingin kembali menjadi aktor
dalam perubahan bangsa.
Setiap
zaman memang mempunyai tantanganya sendiri, sekarang adalah bagaimana kita
sebagai penggiat gerakan mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, agar kita bisa senantiasa berkontribusi yang terbaik bagi negeri, bukan
malah terlindas oleh zaman dan dimakan oleh bayang-bayang kegemilangan masa
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar